Kritik Ibnu Taimiyah Terhadap Filsafat Ibnu Rusyd. ( 1 ) - Templat mirip Yahoo
Headlines News :
Home » » Kritik Ibnu Taimiyah Terhadap Filsafat Ibnu Rusyd. ( 1 )

Kritik Ibnu Taimiyah Terhadap Filsafat Ibnu Rusyd. ( 1 )

Written By Pelatihan blog on Sabtu, 28 Juli 2012 | 11.06

Dizaman salaf, kajian filsafat merupakan khazanah keislaman yang tidak bisa kita lepas begitu saja, meskipun priode emasnya tidak begitu lama namun regenerasi itu selalu tumbuh dan berkembang, pembunuhan karakter pada the faunding father serta pembaintaian secara berantai terhadap buku-buku mereka, menjadi salah satu muara runtuhnya kejayaan filsafat dalam Islam. Deharmonisasi ini diawali dengan terhipnotisnya kaum muslimin pada filsafat Yunani yang mana pada masa itu menjadi candu bagi sebagian thalabul ilmi hingga akhirnya mereka meninggalkan teks-teks suci dari langit.

Proyek penerjemahan dizaman Khalifah Al-Ma'mun, merupakan salah satu tonggak sejarah awal mula filsafat hidup kembali, sebelumnya di Eropa tempat dimana ide itu mulai di rakit, filsafat dibungkam habis-habisan oleh para diktator kerajaan yang awalnya telah di rasuki alam bawah sadarnya oleh dewan Rahib-rahib Gereja. Dalam rangka kerja-sama, gereja sepertinya ingin berbagi kongsi penderitaan pada kaum muslimin karena filsafat, atas nama hadiah mereka mengirimkan buku-buku filsafat untuk dikonsumsi oleh kaum muslimin.

Setelah buku-buku itu di terjemahkan, maka mulailah virus ini menjangkiti kaum muslimin, hingga dominasi filsafat Yunani tak dapat di bendung lagi, hal ini menimbulkan keresahan bagi para agamawan. dan para cendikiawanpun akhirnya terbagi menajadi beberapa fraksi dalam kasus ini, antara menolak dan meneima, kubu yang menolak sekalipun mayoritas tidak dapat berbuat banyak karena dia harus berhadapan dengan penguasa yang notabene pelindung filsafat, hingga akhirnya beberapa dekade berikutnya dominasi ini pun tereleminasi, kaum muslimin yang dulunya meninggalkan nas-nas agama mulai kembali pada jalurnya, hingga disuatu kesempatan muncullah buku yang cukup fenomenal yang ditulis oleh Al-Gahzali Tahafutil Falasifah yang mengubur hidup-hidup Filsuf dan filsafat. Terbitnya buku Al-Ghazali ini merupakan pukulan yang telak bagi pegiat filsafat yang dulunya candu, manusiapun akhirnya menjadi alergi mendekati apalagi menyentuh filsafat yang mereka sebut sebagai barang Haram.

Dilain benua di ujung barat kerajaan Islam, tepatnya di Andalusia. meskipun sebagian pemerintahan Islam telah terdoktrin oleh buku Al-Ghazali dan faham Asyairah, namun sebagian diantara mereka ada juga yang masih berfikir kritik dan radikal. Mereka tidak sertamerta menerima begitu saja argument yang di tawarkan oleh Al-Ghazali. Adalah Ibnu Rusyd al-hafid salah satu diantara ulama Andalusia yang tidak sefaham dengan ide Al-Ghazali, menurut dia sangatlah subjektif bila kita membeo pada Al-Ghazali dan menelan mentah-mentah doktrinnya tanpa melakukan observasi terhadap yang dia kritiknya, Ibnu Rusyd pun kembali melakukan observasi terhadap kajian Al-Ghazali, iapun kembali melakukan riset pada buku-buku aslinya dan ternyat hasilnya cukup mencengankan, Ibnu Rusyd tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru dari sana akan tetapi juga membongkar kedok Al-Ghazali yang selama ini jadi panutan.

Menurut Ibnu Rusyd, keritikan Al-Ghazali terhadap filsafat Yunani tidaklah fair, karena ternyata Al-Ghazali hanya memahami filsafat melalui buku-buku Ibnu Sina dan tidak

merujuk langsung dari teks aslinya. Sementara menurut Ibnu Rusyd buku-buku karangan Ibnu Sina tentang filsafat memiliki beberapa kelemahan dan perlu di koreksi ulang, inti permasalahannya adalah Ibnu Sina membaca terjemahan yang salah terhadap filsafat Aristo Dkk. Disinillah letak kerancuan Al-Ghazali memahami filsafat, Al-Ghazali tidak memahami secara mendetail esensi filsafat hingga akhirnya ia mempertontonkan kebodohannya didepan publik, Ibnu Rusyd bahkan memberikan sentilan lucu pada buku Al-Ghazali, bahwa seharusnya buku itu tidak diberi nama tahafutil falasifah tetapi dia lebih cocok disebut dengan tahafutil Ghazali. (DR. Atif Iraqy: Naz'atul aqliyyah fi falsafati ibn rusyd. Hal 78)

Setelah semuanya semakin jelas akhirnya Ibnu Rusyd harus menghentikan doktrin Al-Ghazali yang selama ini ditelan mentah-mentah, ia akhirnya membuat sebuah buku yang gertakan lebih dahsyat dari gertakan Al-Ghazali sebelumnya, ia mengarang tahafut tahafut sebagai antitesa dari buku Al-Ghazali tahafut falasifah. Di dalam buku ini Ibnu Rusyd menelanjangi Al-Ghazali dan orang-orang yang selama ini seirama dengan nyanyiannya, ia mempreteli habis-habisan produk Al-Ghazali serta menjawab berbagai macam keritikan Al-Ghazali terhadap filsafat.

Buku tahafut-tahafut cukup memberikan angin segar bagi filsafat yang dulunya sempat mati suri oleh buku Al-Ghazali, secara pelan-pelan para Filsuf mulai menampakkan batang hidungnya kepermukaan, angin kebebasan ini ternyata berhembus tidak hanya didalam dunia Islam saja namun angin syurga ini juga berhembus sampai kedaratan eropa yang sampai saat itu masih dalam kegelapan.

Namun Kebangkitan filsafat ini tidaklah berlangsung begitu lama, sekalipun baru saja merasakan nafas kebebasan, filsafat harus menghadapi berbagai macam gempuran dari pribumi tempat dia bertengger. lika-liku perjalanan filsafat didalam dunia Islam memang penuh dengan cobaan dan penderitaan, sebagai produk impor filsafat memang wajar di anak tirikan oleh Islam.

Didaratan Timur Tengah, tidak jauh dimana wahyu suci Tuhan diturunkan, lahirlah seorang sosok yang nantinya menjadi super hero ummat Islam, pemuda Jomblo yang banyak menghabiskan waktunya mencari ilmu, berjihad dan dipenjara ini, muncul kepermukaan sebagai pembela Al-quran dan As-sunnah, beliau adalah syaikul Islam Ibnu Taimiyah, seorang pemudah gagah yang sibuk melayani ummat hingga ia lupa menyempurnakan sebagian dari agamanya, iapun mencoba ikut nimbrung mengcounter isu-isu sesat yang sering dilontarkan oleh para Filsuf, bukan hanya para Filsuf saja yang ia hardik akan tetapi aliran-aliran yang nyeleneh didalam Islam tidak luput dari kritikannya.

Kehidupan beliau paska Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd menjadikan dia ideal untuk mempreteli semua ide-ide yang ditelorkan oleh mereka. Ibnu Taimiyah menganggap bahwa Al-Ghazali dan mutakallimin telah gagal melawan para pendekar-pendekar Filsuf. hingga merekapun keteteran dan tak berdaya. menurut Ibnu Taimiyah Ketidak-berdayaan mutakallimin ini disebabkan karena mereka meninggalkan Al-quran dan as-sunnah sebagaimana difahami oleh para salaful ummah, mereka mencoba menggunakan rasionya hingga iapun terjebak oleh pengaruh filsafat sesat.

Semenatara itu titik Kesesatan mutaklliminn diindikasi oleh beliau karena para mutakallimin banyak mengkonsumsi buku-buku filsafat, disinilah awal mula ketidak

harmonisan Ibnu Taimiyah dan filsafat mulai terbentuk, Ibnu Taimiyah melihat bahwa Agama yang telah di turunkan oleh Allah SWT telah komplit dan tidak lagi membutuhkan penyokong dari luar, Ibnu Taimiyah juga menyesalkan para mutakallimin dan Filsuf Islam yang lebih memprioritaskan produk akal yang nisbi dibanding teks suci Al-quran yang suci. Melihat keadaan yang semakin kacau balau, Ibnu Taimiyahpun mulai mengambil inisiatif melancarka serangan counter-atacck kepada para Filsuf penyebar kesesatan, tak satupun yang tersisa dari mereka tak terkecuali Ibnu Rusyd alhafid yang selama ini di anggap sebagai manusia setengah dewa dan pendekar nomer wahid pada kominitas filsafat.

Ditulis oleh: Ahwal Miswari
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Templat mirip Yahoo - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template