Menjaga Hubungan Vertikal setelah Ramadhan - Templat mirip Yahoo
Headlines News :
Home » » Menjaga Hubungan Vertikal setelah Ramadhan

Menjaga Hubungan Vertikal setelah Ramadhan

Written By Pelatihan blog on Selasa, 11 September 2012 | 13.57

Penulis : Muhamad Rifqi Ar-Riza

Ibnu Rajab al-Hanbali (w. 795 H) dalam bukunya Lathâif al-Ma'ârif menuliskan; "salah satu tanda diterimanya ibadah adalah saat kita diberi taufik untuk melaksanakan ibadah lainnya, sebagaimana pahala suatu amal baik adalah terlaksananya amal baik lainnya. Sedangkan jika sesorang berbuat keburukan setelah sebelumnya beramal soleh, maka hal itu adalah tanda tidak diterimanya amal tersebut".

Kata hikmah dari Ibnu Rajab ini hendaknyakita camkan dalam diri, terlebih di bulan syawwal ini. Saat kita berjibaku dengan diri kita sendiri maupun dengan bisikan setan, untuk istiqamah solat berjamaah, melakukan puasa syawwal, dan ibadah-ibadah vertikal lainnya.

Betapa tidak, bulan syawwal benar-benar adalah even fit and proper test, apakah kita telah lulus pada 'madrasah ramadhan' kemarin? Atau kita hanya ikut arus, mengekor kepada suasana, kemudian limbung kembali (?). Na'ûzubillah min zâlik

Puasa Syawwal

Ibadah terdekat yang dapat kita lakukan adalah puasa syawwal. Ia berjumlah 6 hari, boleh dilaksanakan berturut-turut setiap hari maupun tidak. Niatnya pun dapat digabung dengan niat puasa senin-kamis maupun puasa biedh (pertengahan bulan hijriah), jika momen pelaksanaannya sedang bersamaan.

Jika kita masih punya tanggungan puasa ramadhan –khususnya perempuan-, maka seyogyanya kita dahulukan qadha ramadhan sebelum melaksanakan puasa syawwal. Walaupun sebagian ulama membolehkan untuk mengakhirkannya, tapi lebih baik kita mendahulukanya sebelumpuasa Syawwal. Karena bagaimanapun, hutang kepada Allah lebih berhak untuk dibayar terlebih dahulu.

Puasa syawwal ini sangat utama. Rasulullah Saw menyampaikan bahwa puasa ramadhan yang digabung dengan puasa syawwal, pahalanya dapat menyamai pahala puasa seumur hidup, jika ia rutin dilaksanakan setiap tahunnya.

Disamping itu, menurut Ibnu Rajab, puasa syawwal juga dapat berfungsi seperti solat rawatib (sebelum dan sesudah solat fardu), yaitu sebagai amalan sunah yang dapat menyempurnakan amalan fardu.

Solat Malam

Solat malam atau yang biasa disebut qiyâm al-lail dengan rutin kita lakukan di bulan ramadhan. Lebih-lebih, Nabi Saw telah mengabarkan bahwa orang-orang yang rutin melakukan qiyâm pada malam ramadhan, maka Allah Swt. akan memngampuni semua dosanya (dosa kecil)yang telah lalu.

Setidaknya, mayoritas malam bulan Ramadhan telah kita isi dengan solat taraweh, bahkan pada sepuluh akhir, banyak dari kita yang menambahnya dengan solat tahajud di akhir malam. Tidak lain adalah untuk menggapai anugerah lailatul qadar.

Maka dari itu, jika setelah ramadhan pergi, kemudian kita seperti lupa ingatan dengan keutamaan solat malam, ada yang harus dipertanyakan dengan kualitas niat kita dalam beribadah. Apakah kita beribadah kepada pahala dan keberkahan ramadhan atau kepada Tuhan yang menciptakan keberkahan ramadhan?Ini adalah tanda tanya besar yang harus kita jawab bersama.

Tilawah

Ritual ibadah vertikal lainnya yang rutin ada dan diadakan pada bulan ramadhan adalah tilawah al-Quran, atau biasa disebut dengan 'tadarus'. Pada bulan ramadhan, setiap individu dari kita biasanya menargetkan untuk mengkhatamkan al-Quran, minimal sekali. Tapi tidak sedikit yang diberi taufik-Nya untuk khatam 2, 3, dan 4 kali dalam satu bulan ramadhan. Bahkan banyak kisah inspiratif para sahabat maupun para aimmah yang dapat mengkhatamkan baca al-Quran dalam seminggu, 3 hari, sehari, bahkan semalam suntuk!

Tentu kita tidak usah memaksakan diri (jika memang belum terbiasa) untuk melakukan apa yang mereka lakukan, karena dalam amalan sunah, kaedahnya adalah Innallah lâ yamallu hattâ tamallû (Allah tidak akan bosan –dengan ibadah kita-, sampai kita sendiri yang bosan). Tapi kita juga tidak lantas bermalasan melakukan kesunahan, karena Allah akan lebih dekat kepada orang-orang yang banyak melakukan amalan sunah (hadis qudsi).

Maka jika pada bulan ramadhan kita dapat mengkhatamkan al-Quran (minimal sekali), sangat memalukan jika kita tidak dapat melakukannya kembali pada 11 bulan setelahnya.

Pada akhirnya, mari kita jaga ibadah wajib maupun sunah yang telah kita laksanakan di bulan ramadhan. Dalam kewajiban, kita harus tetap istiqamah (dalam jumlah dan praktek) apapun keadaanya. Sedangkan dalam kesunnahan,kita dapat sesuaikan dengan kondisi, tapi tetap harus berusaha untuk istiqamah. Karena sebaik-baika amalan adalah yang berkesinambungan, walaupun sedikit –kuantitasnya-.

Karena bisa jadi hari ini adalah kesempatan terakhir kita untuk berbekal, mempersiapkan jawaban yang baik saat bertemu dengan-Nya kelak.

Wallahu A'lam bi al-Shawâb
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Templat mirip Yahoo - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template