Mahasiswa? - Templat mirip Yahoo
Headlines News :
Home » » Mahasiswa?

Mahasiswa?

Written By Pelatihan blog on Selasa, 01 November 2011 | 14.17

Pergeseran Paradigma Mahasiswa
Oleh: Muhammad Syafi’i Tampubolon
Zagazig 1 Oktober 2011 pukul 22:00-23:00

Prolog

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan segala karuniaNya kepada kita makhlukNya yang diberikan akal dan hati. Shalawat dan salam mari selalu kita ucapkan dan katakanlah dihadiahkan kepada junjungan alam nabiyullah, rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Semoga dengan semua Shalawat itu kita bisa mendapatkan Syafa’atnya nanti dihari pembalasan, yang mana tidak ada yang berhak pada saat itu memberikan syafaat kecuali beliau. Mari kita doakan para sahabat-sahabat beliau dan juga ahul bait, ulama-ulama yang telah berjuang untuk mencerdaskan ummat-ummat setelah mereka, ya katakanlah seperti masa kita sekarang ini.

Jika kita flash back kemasa baginda rasulullah Muhammad SAW, maka kita akan melihat rumah-rumah yang menjadi kampusnya para sahabat, yang mana rasulullah adalah sang doktor dan mahasiswanya adalah para sahabat. Namun secara insani, pemikiran rasulullah yang berbentuk dari wahyu Allah, yang disampaikan kepada para sahabat selaku mahasiswa yang menuntut ilmu. Bisa juga kita perhatikan bagaimana para sahabat mengkritik dengan cara yang sehat dalam hal berfikir secara manusiawi. Satu contoh bisa kita lihat ketika Umar ra, untuk mengajak rasulullah mendakwahkan islam ini secara terang-terangan, sedangkan pada masa itu rasulullah berdakwah secara sirriyah (Sembunyi-sembunyi). Rasulullah menghargai pendapat Umar dan yang mana nantinya usulan ini diterima oleh rasulullah. Semoga penyampaian yang nantinya ditulis oleh penulis bisa mengarah kepada judul tulisan yang diminta.

Mahasiswa

Apa itu mahasiswa?. Ini adalah pertanyaan yang pertama sekali harus kita jawab. Kemungkinan besar semua orang sudah mengetahui bahwa yang namanya mahasiswa itu adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikannya disekolah menengah atas (SMA/SMU/MAN), dan melanjutkan keperguruan tinggi. Dan mereka yang mengenyam pendidikan diperguruan tinggi disebut dengan MAHASISWA.

Namun penggunaan kata mahasiswa lebih sering digunakan dan lebih bersahabat sekali dan bahkan sudah sangat bermasyarakat dikalangan semua orang jika mereka itu adalah para pelajar yang menggunakan seragam bebas (Versi negara Indonesia). Namun kata Pelajar lebih cenderung digunakan dikalangan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Disini penulis mengatakan hanya seputar Negara Indonesia, namun jika kita lihat di Negara-negara lain akan menggunakan istilah yang berbeda, namun intinya tetap sama tujuannya, sebab sistem yang digunakan itu akan membedakan cara sistematis orang belajar, sebab tidak semua orang IQ nya sama, kadangkala anak SD lebih cerdas dari anak SMA dalam hal berfikir, namun dalam hal pengalaman itu sudah bisa dikatakan anak SMA lebih dahulu makan garam daripada anak SD.

Sebagaimana yang saya sebutkan didalam prolog bahwa pada masa rasulullah sudah terbentuk sistem mengajar dan belajar. Kampusnya adalah rumah-rumah dan masjid, guru atau dosennya adalah rasulullah, Murid atau mahasiswanya adalah para sahabat. Dan hal-hal seperti ini sudah terjadi semenjak Nabi Adam diturunkan kebumi, dosen prianya adalah Adam, sedangkan Dosen wanitanya adalah Hawa, adapun murid dan mahasiswanya adalah anak-anaknya. Begitulah secara turun temurun hingga pada masa kita sekarang.

Kampus

Apa itu kampus?. Hampir semua orang Indonesia mengetahui bahwa kampus itu adalah sebuah gedung permanen tempat berkumpulnya para mahasiswa untuk menuntut ilmu dari orang-orang yang memiliki ilmu, katakanlah itu dosen, doktor atau apalah.

Yang mana nantinya karakter dan cara berfikirnya seseorang itu akan terbentuk dari bi’ah (Lingkungan) kampus tersebut, baik itu secara pribadi maupun secara menyeluruh, dan bahkan secara tidak langsung mahasiswa itu akan terbentuk dengan sendirinya dari sikap dan ajaran para dosennya, dan kemungkinan besar perilakunya juga akan terpengaruh oleh teman-temannya, baik cara berfikir, berpakaian, berjalan dan lain sebagaianya.

Perbedaan Kampus dan Rumah

Kalau ada orang yang melihat hal ini mungkin akan tertawa dan akan sangat bersedih hati, sebab kebanyakan orang tidak mengetahui untuk menempatkan sesuatu itu pada tempatnya, yang mana saya akan mengatakan bahwa sekarang ini kebanyakan bisa dikatakan sudah terbalik, kampus telah berubah menjadi rumah, hanya sedikit saja yang membedakan antara kampus dan rumah, kalau rumah malam hari adalah tempat istirahat, namun kalau kampus di malam hari kosong. Ini saja perbedaannya. Sedangkan masa rasulullah siang malam rumah adalah kampus dan tempat beribadah.

Disisi lain, jika kita perhatikan, kampus ala zaman sekarang adalah ajang untuk ber-pamer ria ala budaya yang masuk dan yang lagi trend, baik itu sikap, pakaian, food, kendaraan, handphone dan lain sebagainya, belum lagi jika kita perhatikan dari sisi buruknya, yang mana hotel biasa digunakan untuk tempat bernafsu ria, namun kampus sudah tidak beda lagi dengan hotel. Dan bahkan tempat untuk ajang ber-mejeng ria kampus adalah tempat paling pas untuk hal itu. Tapi tidak semua kampus mungkin.

Analisa

Bukan saya terlalu menkritisi atau katakanlah terlalu mendahulukan sudut pandang sebelah pihak, sebab orang zaman sekarang mungkin berfikiran bahwa kuliah itu hanya sebatas untuk mengambil title dirinya. Yang mana nantinya title itu seolah-olah akan menunjukkan siapa dirinya dalam hal mencari sesuap nasi. Orangtua zaman sekarang mungkin akan menunjukkan satu kampus atau satu universitas yang bisa memberikan masa depan anaknya dengan iming-iming yang diberikan oleh universitas tersebut. Sehingga akan banyak sekali nantinya universitas-universitas yang bersaing dalam hal pekerjaan dan penempatan mahasiswanya disuatu perusahaan. Hanya satu dua orangtua yang mungkin mau menempatkan anaknya disalah satu universitas Agama, sebab perusahaannya adalah masjid yang penghasilannya tidak menjanjikan.

Flash Back Kezaman Peradaban

Apakah perbedaan zaman dahulu dengan zaman sekarang?. Apakah zaman itu mempengaruhi cara berfikirnya manusia?. Apakah ada perbedaan istilah mahasiswa dulu dengan sekarang?. Tiga pertanyaan yang sangat sederhana dan mudah difahami tentunya.

Zaman dahulu kala ketika rasulullah masih hidup, beliau adalah sosok dari segala sosok, siapa yang tidak mengenal beliau, bahkan Nabi Adam saja sudah kenal dengan beliau, hingga saat ini baik itu muslim dan non muslim, orang paling bodoh sampai paling pintar, dari segala arah penjuru dunia, baik itu dengan segala kelebihan dan kekuranganya pasti mengenal siapa itu rasulullah, minimal pernah mendengar namanya. Rasulullah adalah panutan bagi seorang dosen atau doktor maupun profesor, sebab itu semua ada pada diri rasulullah, rasulullah adalah panutan semua pemimpin negara, sebab itu ada pada diri beliau, dalam segala hal panutan, baik itu contoh seorang pemuda, suami, bapak, bisnismen, pengembala dan lain sebagaianya.

Nah, adapun para sahabat beliau adalah panutan kita sebagai seorang pelajar ataupun mahasiswa. Baik itu secara perangai, tatakrama, cara berfikir, cara belajar dan lain sebagainya yang tentunya tergambar dalam benak kita.

Apakah perbedaan kita selaku mahasiswa dengan para sahabat?. Tentu kita akan mengatakan sangat banyak sekali perbedaannya. Kalau para sahabat sedikit sekali protes kepada gurunya rasulullah SAW, kalau kita?, sedikit-sedikit protes, belum siap dosen berbicara kita sudah protes dan tidak sependapat, dan bahkan mengatakan “Wajarkan beda pendapat?”. Dan bahkan ada murid yang mengatakan bahwa dosen itu bodoh sekali, masa hal begitu saja dia tidak tahu?, percumalah sudah doktor, mending dia berhenti saja sebagai seorang dosen kalau begitu cara berfikirnya. Inilah mungkin yang membedakan kita selaku mahasiswa dengan mahasiswanya rasulullah.

Para dosen mungkin acapkali mengatakan “Wahai para mahasiswa, jaga adab kalian kepada guru, baik dikampus maupun diluar kampus”. Namun dosen tersebut tidak mencerminkan dirinya sebagai seorang panutan mahasiswa, baik itu dikampus ataupun diluar kampus dikarenkan ulah sanga murid, maka wajar saja tabiat ini akan turun temurun hingga akhir zaman nanti jika murid itu tidak bisa menangkis hal-hal yang datang dari dosennya. Padahal ada nasehat yang sering didengar oleh para mahasiswa yang berbunyi “Ambil yang baik, tinggalkan yang buruk”, namun yang terjadi adalah sebaliknya, sebab ruh nasehat itu telah hilang seiring berjalannya waktu.

Solusi

Sebenarnya pedoman seorang mahasiswa tidak keluar dari konteks Al Quran dan Sunnah, baik itu Sunnahnya rasulullah dan juga para sahabat. Kita perhatikan bagaimana para sahabat dalam hal menentukan suatu hal yang paling mudah dan hal kondisi yang sangat paling memprihatinkan, contohnya hal yang mudah itu seperti bersiwak, menyingkirkan sesuatu yang dianggap berbahaya ditengah jalan seperti duri, dan berwudhu, adapun hal yang paling memprihatinkan adalah ketika untuk memberikan kehidupan kepada yang lain seperti kisah air yang sedikit. Ini adalah dalam hal berbuat, namun adapun cara berfikir mereka adalah dari hal yang paling mudah hingga hal yang paling rumit. Kalau kita baca sejarah mereka dalam hal menentukan sebuah ketetapan, baik itu secara personal dan kemasyarakatan, kita akan menemukan keajaiban-keajaiban yang tidak pernah terfikirkan oleh kita sama sekali. Kadalangkala, sesama sahabat selaku mahasiswanya rasulullah tetap ada ditemukan tidak sependapat, artian kata tidak sependapat disini bukan menimbulkan fitnah, sebab kata rasulullah perbedaan pendapat itu adalah rahmat bagi ummatku. Saya fikir, disinilah beberapa point penting yang harus kita ambil untuk membentuk pemikiran kita selaku mahasiswa.

Kesimpulan Dan Epilog

Dalam hal menuntut ilmu selaku seorang mahasiswa tidak harus membedakan ilmu pengetahuan umum dan agama. Jika dikaji ulang maka sebenarnya ilmu agama itu yang lebih didahulukan belajarnya, tidak harus dikampus, sebab dari kecil didikan itu sudah seharusnya diterapkan dengan istilah saya “Kampus ala rasulullah”, jadi, dari kecil saja kita sudah masuk area kampus, adapun untuk hal duniawi, sudah sepatutnya seseorang itu menentukan skill nya ketika masih dibangku SMA, sehingga pada akhirnya akan bersatu dalam dirinya ilmu agama dan ilmu dunia. Cara berfikirnya akan agamis dan cara bekerjanya akan ditentukan oleh skill nya. Namun kemungkinan besar bahwa hal ini hanya satu dua orang yang bisa menerapkannya, sebab bi’ah dan financial tidak bisa dipisahkan.

Hal ini juga akan dibantu sistem penerapannya dengan pendidikan orangtua, katakanlah bahasa kasaranya “Sejauh mana pendidikan orangtua”, jika orang tua tidak punya pendidikan, nisacaya hal ini tidak akan sampai penerapannya kepada anaknya yang bakal jadi mahasiswa yang sebenarnya, sehingga negaranya akan maju dengan cara berfikir yang baik dalam era globalisasi.

Apa yang penulis ungkapkan adalah pengalaman dan pandangan pribadi dalam hal menilai apa yang sedang terjadi sekarang ini pada diri serta cara berfikirnya mahasiswa era moderen sekarang ini. Sebab banyak yang bertitle Ir, SH dan lain sebagainya yang menjadi pengangguran dikarenakan salah niyat, sehingga berefek kepada struktur berfikir yang sedikit melenceng ketika menentukan sebuah universitas untuk membentuk diri dan cara berfikir. Semoga apa yang dituliskan dalam lembaran ini bermanfaat kepada semua golongan. Wallahu ‘alam.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Templat mirip Yahoo - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template